"Allah telah mengetahui bahwa engkau tidak dapat menerima nasihat yang hanya berupa kata-kata, karena itulah Allah merasakan kepadamu rasa pahitnya (berupa musibah) untuk memudahkanmu cara meninggalkannya" (Syeikh Ibnu 'Athoillah). SEMOGA Allah senantiasa memberikan kesabaran kepada saudara-saudara kita yang pada saat ini tengah tertimpa musibah. Pada akhir-akhir ini betapa sering musibah menyapa saudara dan negeri kita. Dari mulai tsunami, banjir, tanah longsor, busung lapar, polio, flu burung, HIV/AIDS, dan berbagai musibah lainnya. Mudah-mudahan mereka diberi kekuatan mental dan fisik dalam menghadapinya. Semoga mereka diberi kekuatan keimanan dan tawakal kepada-Nya. Sebab tak sedikit orang yang merasa putus asa, frustrasi, tatkala musibah menimpa. Tak sedikit pula orang yang tiba-tiba menjadi kufur tatkala musibah mendera. Kesabaran, ketawakalan, dan keyakinan kepada ketentuan Allah SWT menjadi sirna dari dirinya. Orang yang arif adalah orang yang meyakinkan bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Apa pun yang Ia turunkan, termasuk musibah di dalamnya, sudah barang tentu mengandung hikmah dan tujuan yang baik bagi kehidupan hamba-Nya. Tak satu pun yang Ia turunkan akan merugikan bagi hamba-hamba-Nya. Semuanya mengandung hikmah bagi kehidupan hamba-hamba-Nya. Terlebih-lebih bagi seorang mukmin yang taat. "Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab segala keadaan baginya menjadi kebaikan, dan tidak akan terjadi hal seperti itu, kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat kenikmatan ia bersyukur, bersyukur itu lebih baik baginya. Apabila ditimpa musibah, ia bersabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya" (H.R. Muslim). Bagi seorang mukmin, musibah merupakan ujian yang menjadi batu loncatan bagi peningkatan kualitas keimanannya kepada Allah. Semakin arif dan sabar dalam menghadapinya, semakin tinggilah kualitas keimanannya dan semakin dekat dirinya kepada Allah. Tidaklah mengherankan jika segala jeritannya senantiasa didengar Allah. Semakin tinggi keimanan seseorang, akan semakin tinggi pula ujian yang akan Allah berikan kepadanya. "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan, 'Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?' Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Q.S. 29: 2-3). Di antara sekian banyak kriteria orang-orang yang beruntung di hadapan Allah adalah orang-orang yang mampu saling menasihati dalam jalan kebenaran dan kesabaran. Kitab Alquran sendiri sarat dengan nasihat dan tuntunan hidup bagi kita. Namun demikian, terkadang nasihat yang hanya berupa rangkaian kata-kata, karena kerasnya hati, jarang menembus hati kita. Untuk itulah, Allah menurunkan nasihat yang tidak berupa kata-kata, dalam bentuk lain, yakni dalam bentuk musibah. Karenanya, musibah yang menimpa kita, saudara atau tetangga kita, pada hakikatnya merupakan nasihat dari Allah bagi semua hamba-hamba-Nya. Sejauh mana kesabaran kita dalam menghadapinya? Sejauh mana usaha kita untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya? Sejauh mana kita dapat melakukan muhasabah terhadap kekeliruan perilaku dan ucapan kita? Berkenaan dengan musibah dalam kata-kata yang penuh makna, Syeikh Ibnu 'Athoillah, seorang ulama sufi, berkata, "Allah telah mengetahui bahwa engkau tidak dapat menerima nasihat yang hanya berupa kata-kata, karena itulah Allah merasakan kepadamu rasa pahitnya (berupa musibah) untuk memudahkanmu cara meninggalkannya" Sementra itu, Imam Al-Junaidy mengatakan, musibah merupakan lampu penerang bagi orang yang arif, sebuah keterjagaan bagi para pemula dan sebuah pembinasaan bagi orang yang lalai. Apa pun bentuk musibah yang menimpa seseorang, merupakan nasihat dan peringatan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bila ia seorang yang taat, musibah merupakan nasihat dari Allah agar semakin meningkatkan muraqqabah kepada-Nya, kesabaran, ketawakalan dan keimanan. Bila ia seorang ahli maksiat, musibah yang menimpanya merupakan peringatan untuk segera kembali ke jalan lurus yang telah digariskan-Nya. Karena itulah, Imam Ja'far Ash-Shadiq sering berdoa tatkala musibah menimpanya, "Ya Allah! Aku memohon semoga musibah yang menimpaku ini menjadi jalan bagi peningkatan akhlak dan bukan pembangkit kemurkaan-Mu". Yakinkanlah, Allah menurunkan musibah kepada hamba-Nya dengan kasih dan sayang-Nya. Ia Maha Mengetahui kemampuan hamba-hamba-Nya dalam menghadapinya. Tak selayaknya apabila kita merasa putus asa dan berprasangka buruk kepada Allah SWT. "Seorang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, walaupun keduanya sama-sama baik (karena keimanannya). Berusaha keraslah untuk mendapatkan yang bermanfaat kepadamu dan memohonlah pertolongan kepada Allah serta jangan menjadi orang yang lemah. Jika suatu (musibah) menimpamu, janganlah kau berkata, 'Sekiranya aku berbuat demikian, tentulah akan kudapatkan demikian dan demikian', tetapi katakanlah, 'Sudahlah ini takdir Allah, dan apa saja yang ia kehendaki pasti itulah yang tejadi'. Sebab ucapan 'seandainya dan seandainya' itu dapat membuka (pintu) setan" (H.R. Muslim). Musibah yang menimpa seseorang dapat merupakan jalan untuk bertobat dari dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Musibah penyakit misalnya, Rasulullah saw. bersabda, "Sakit selama sehari merupakan tobat selama satu tahun". Umar Ibnu al Khattab pernah mengatakan, "Ketika seseorang ditimpa musibah atau suatu penyakit, janganlah ia berputus asa apalagi menyalahkan ketentuan Allah. Sebab dengan datangnya musibah tersebut, di dalamnya terdapat beberapa hikmah dan keuntungan. Yakni penghapusan dosa, kesempatan untuk mendapatkan pahala karena kesabarannya dalam menghadapi musibah, keterjagaan dari kelalaian, mengingat pertolongan Allah ketika sehat atau bahagia, pembaharuan tobat dan perangsang untuk memberikan sedekah/bantuan." Apa pun bentuk musibah yang menimpa kita, yakinkanlah bahwa semuanya diturunkan Allah dengan ketentuan, kekuasaan, dan kasih sayang-Nya. Ia turunkan kepada hamba-hamba-Nya untuk meningkatkan derajat hamba-hamba-Nya di sisi-Nya. "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu, agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik-buruknya) keadaanmu" (Q.S. 47:31). Untuk itu, kesabaran, ketawakalan dan keyakinan bahwa Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang terbaik, sudah selayaknya ditanamkan di hati setiap hamba yang mukmin. Berbaik sangka kepada-Nya harus selalu tertanam di hati setiap mukmin. Rasul saw. telah mencontohkan, beliau memperbanyak berzikir dan berdoa tatkala musibah menimpanya. Sebab dengan berzikir dan berdoa, jiwa kita semakin dekat ke hadirat-Nya. "Hendaklah seseorang di antara kamu mengucapkan istirja' (inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'un), pada setiap sesuatu yang menyusahkanmu sampai kepada tali sandalnya yang putus sekalipun, karena hal tersebut juga merupakan sebagian dari musibah" (H.R. Ibnu Shunni).***
Sumber : http://rudihandoko.multiply.com/journal/item/46
0 komentar:
Posting Komentar