About Us

Sabtu, 23 Januari 2010

Musibah Sebagai Nasihat

"Allah telah mengetahui bahwa engkau tidak dapat menerima nasihat yang hanya 
berupa kata-kata, karena itulah Allah merasakan kepadamu rasa pahitnya (berupa 
musibah) untuk memudahkanmu cara meninggalkannya" (Syeikh Ibnu 'Athoillah).

SEMOGA Allah senantiasa memberikan kesabaran kepada saudara-saudara kita yang 
pada saat ini tengah tertimpa musibah. Pada akhir-akhir ini betapa sering 
musibah menyapa saudara dan negeri kita. Dari mulai tsunami, banjir, tanah 
longsor, busung lapar, polio, flu burung, HIV/AIDS, dan berbagai musibah 
lainnya.

Mudah-mudahan mereka diberi kekuatan mental dan fisik dalam menghadapinya. 
Semoga mereka diberi kekuatan keimanan dan tawakal kepada-Nya. Sebab tak 
sedikit orang yang merasa putus asa, frustrasi, tatkala musibah menimpa. Tak 
sedikit pula orang yang tiba-tiba menjadi kufur tatkala musibah mendera. 
Kesabaran, ketawakalan, dan keyakinan kepada ketentuan Allah SWT menjadi sirna 
dari dirinya.

Orang yang arif adalah orang yang meyakinkan bahwa Allah Maha Pengasih lagi 
Maha Penyayang. Apa pun yang Ia turunkan, termasuk musibah di dalamnya, sudah 
barang tentu mengandung hikmah dan tujuan yang baik bagi kehidupan hamba-Nya. 
Tak satu pun yang Ia turunkan akan merugikan bagi hamba-hamba-Nya. Semuanya 
mengandung hikmah bagi kehidupan hamba-hamba-Nya. Terlebih-lebih bagi seorang 
mukmin yang taat.

"Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab segala keadaan baginya 
menjadi kebaikan, dan tidak akan terjadi hal seperti itu, kecuali bagi seorang 
mukmin. Jika mendapat kenikmatan ia bersyukur, bersyukur itu lebih baik 
baginya. Apabila ditimpa musibah, ia bersabar, maka kesabaran itu lebih baik 
baginya" (H.R. Muslim).

Bagi seorang mukmin, musibah merupakan ujian yang menjadi batu loncatan bagi 
peningkatan kualitas keimanannya kepada Allah. Semakin arif dan sabar dalam 
menghadapinya, semakin tinggilah kualitas keimanannya dan semakin dekat dirinya 
kepada Allah. Tidaklah mengherankan jika segala jeritannya senantiasa didengar 
Allah. Semakin tinggi keimanan seseorang, akan semakin tinggi pula ujian yang 
akan Allah berikan kepadanya.

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan, 
'Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?' Dan sesungguhnya Kami 
telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui 
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." 
(Q.S. 29: 2-3).

Di antara sekian banyak kriteria orang-orang yang beruntung di hadapan Allah 
adalah orang-orang yang mampu saling menasihati dalam jalan kebenaran dan 
kesabaran. Kitab Alquran sendiri sarat dengan nasihat dan tuntunan hidup bagi 
kita. Namun demikian, terkadang nasihat yang hanya berupa rangkaian kata-kata, 
karena kerasnya hati, jarang menembus hati kita. Untuk itulah, Allah menurunkan 
nasihat yang tidak berupa kata-kata, dalam bentuk lain, yakni dalam bentuk 
musibah.

Karenanya, musibah yang menimpa kita, saudara atau tetangga kita, pada 
hakikatnya merupakan nasihat dari Allah bagi semua hamba-hamba-Nya. Sejauh mana 
kesabaran kita dalam menghadapinya? Sejauh mana usaha kita untuk semakin 
mendekatkan diri kepada-Nya? Sejauh mana kita dapat melakukan muhasabah 
terhadap kekeliruan perilaku dan ucapan kita?

Berkenaan dengan musibah dalam kata-kata yang penuh makna, Syeikh Ibnu 
'Athoillah, seorang ulama sufi, berkata, "Allah telah mengetahui bahwa engkau 
tidak dapat menerima nasihat yang hanya berupa kata-kata, karena itulah Allah 
merasakan kepadamu rasa pahitnya (berupa musibah) untuk memudahkanmu cara 
meninggalkannya"

Sementra itu, Imam Al-Junaidy mengatakan, musibah merupakan lampu penerang bagi 
orang yang arif, sebuah keterjagaan bagi para pemula dan sebuah pembinasaan 
bagi orang yang lalai.

Apa pun bentuk musibah yang menimpa seseorang, merupakan nasihat dan peringatan 
Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bila ia seorang yang taat, musibah merupakan 
nasihat dari Allah agar semakin meningkatkan muraqqabah kepada-Nya, kesabaran, 
ketawakalan dan keimanan. Bila ia seorang ahli maksiat, musibah yang menimpanya 
merupakan peringatan untuk segera kembali ke jalan lurus yang telah 
digariskan-Nya.

Karena itulah, Imam Ja'far Ash-Shadiq sering berdoa tatkala musibah menimpanya, 
"Ya Allah! Aku memohon semoga musibah yang menimpaku ini menjadi jalan bagi 
peningkatan akhlak dan bukan pembangkit kemurkaan-Mu".

Yakinkanlah, Allah menurunkan musibah kepada hamba-Nya dengan kasih dan 
sayang-Nya. Ia Maha Mengetahui kemampuan hamba-hamba-Nya dalam menghadapinya. 
Tak selayaknya apabila kita merasa putus asa dan berprasangka buruk kepada 
Allah SWT.

"Seorang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang 
mukmin yang lemah, walaupun keduanya sama-sama baik (karena keimanannya). 
Berusaha keraslah untuk mendapatkan yang bermanfaat kepadamu dan memohonlah 
pertolongan kepada Allah serta jangan menjadi orang yang lemah. Jika suatu 
(musibah) menimpamu, janganlah kau berkata, 'Sekiranya aku berbuat demikian, 
tentulah akan kudapatkan demikian dan demikian', tetapi katakanlah, 'Sudahlah 
ini takdir Allah, dan apa saja yang ia kehendaki pasti itulah yang tejadi'. 
Sebab ucapan 'seandainya dan seandainya' itu dapat membuka (pintu) setan" (H.R. 
Muslim).

Musibah yang menimpa seseorang dapat merupakan jalan untuk bertobat dari 
dosa-dosa yang telah diperbuatnya. Musibah penyakit misalnya, Rasulullah saw. 
bersabda, "Sakit selama sehari merupakan tobat selama satu tahun".

Umar Ibnu al Khattab pernah mengatakan, "Ketika seseorang ditimpa musibah atau 
suatu penyakit, janganlah ia berputus asa apalagi menyalahkan ketentuan Allah. 
Sebab dengan datangnya musibah tersebut, di dalamnya terdapat beberapa hikmah 
dan keuntungan. Yakni penghapusan dosa, kesempatan untuk mendapatkan pahala 
karena kesabarannya dalam menghadapi musibah, keterjagaan dari kelalaian, 
mengingat pertolongan Allah ketika sehat atau bahagia, pembaharuan tobat dan 
perangsang untuk memberikan sedekah/bantuan."

Apa pun bentuk musibah yang menimpa kita, yakinkanlah bahwa semuanya diturunkan 
Allah dengan ketentuan, kekuasaan, dan kasih sayang-Nya. Ia turunkan kepada 
hamba-hamba-Nya untuk meningkatkan derajat hamba-hamba-Nya di sisi-Nya.

"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu, agar Kami mengetahui 
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan 
(baik-buruknya) keadaanmu" (Q.S. 47:31).

Untuk itu, kesabaran, ketawakalan dan keyakinan bahwa Allah akan menggantinya 
dengan sesuatu yang terbaik, sudah selayaknya ditanamkan di hati setiap hamba 
yang mukmin. Berbaik sangka kepada-Nya harus selalu tertanam di hati setiap 
mukmin.

Rasul saw. telah mencontohkan, beliau memperbanyak berzikir dan berdoa tatkala 
musibah menimpanya. Sebab dengan berzikir dan berdoa, jiwa kita semakin dekat 
ke hadirat-Nya.

"Hendaklah seseorang di antara kamu mengucapkan istirja' (inna lillaahi wa 
innaa ilaihi raaji'un), pada setiap sesuatu yang menyusahkanmu sampai kepada 
tali sandalnya yang putus sekalipun, karena hal tersebut juga merupakan 
sebagian dari musibah" (H.R. Ibnu Shunni).***
 
Sumber : http://rudihandoko.multiply.com/journal/item/46 

0 komentar:

Posting Komentar